Info&tanya jawab

Jumat, 01 Juni 2018

Kondisi SD Inpres Lewobele Yang Memprihatinkan: Sebuah Antitesis Pembangunan

Foto: Januarius Jawa Bala

Keterangan Foto: Ruangan kelas V SDI Lewobele, Kecamatan Adonara Tengah (saat ini), Kabupaten Flores Timur.
  
Kala itu pada hari Sabtu (3 Juni 2017), saya bersama dua orang teman melakukan kunjungan kerja di Kecamatan Adonara Tengah, tepatnya di desa Lewobele untuk melihat dari dekat kondisi SDI Lewobele. Inisiatif untuk memantau keadaan sekolah ini dilakukan segera setelah ada “data” berbicara melalui FOKAL FLOTIM dalam demonstrasi di DPRD Kabupaten Flores Timur.
Ketika itu suara kritis bergema mengapa Pemerintah dan DPRD menetapkan anggaran untuk membeli 3 mobil dinas Pimpinan DPRD Flores Timur dan 2 mobil dinas Bupati dan wakil bupati (yang nota bene masih sangat layak pakai), padahal masih ada kebutuhan pembangunan yang jauh lebih prioritas yakni sarana pendidikan yang layak untuk anak didik di Flores Timur. Kritik konstruktif ini kemudian memicu kepedulian untuk melihat secara langsung apa benar masih ada kebutuhan pendidikan yang sangat prioritas.
Kenyataan di lapangan menampilkan potret yang sangat menyedihkan. Murid kelas V menjalankan proses pembelajaran di ruangan bekas mess guru yang sudah sangat reot (seperti terlihat dalam foto). Sungguh sangat tidak layak dalam kondisi normal – regular di jaman kemerdekaan Negara republik Indonesia yang sudah mencapai usia 72 tahun.
Menurut kepala sekolah, bukan saja murid kelas lima mengalami kondisi yang memprihatinkan, tetapi juga murid kelas dua yang melakukan proses pembelajaran di emperan salah satu ruangan kelas karena ketiadaan ruang kelas bagi mereka. Ketika musim hujan, para murid dan guru harus “kabur” menghindari percikan air hujan agar tidak basah kuyup. Itu berarti proses belajar mengajar harus berhenti untuk sementara. Suatu kondisi yang sangat jauh dari yang ideal untuk tuntutan suatu proses transfer ilmu dan pembentukan karakter yang pantas.
Pertanyaannya, mengapa sebagian potret dunia pendidikan di Flores Timur begini kelam? Di manakah komponen-komponen yang bertanggung jawab ? Apa saja kerja pemerintah sehingga membiarkan generasi bangsa telantar seperti ini? Apakah Anggaran Daerah tidak bisa dipakai untuk membangun ruangan belajar untuk anak bangsa?
Bisa saja orang menjawab dengan versinya masing-masing untuk pertanyaan yang kita ciptakan dan kembangkan setelah melihat kondisi sekolah. Bagi saya, ungkapan yang tepat dari potret ini adalah antithesis pembangunan. Pembangunan yang diharapkan dan yang seharusnya adalah tindakan yang menyelamatkan, tindakan yang memajukan, tetapi fakta lapangan dari kerja pembangunan oleh pemerintah (sebagai pelaku utama) selama bertahun-tahun masih mempertontonkan ‘kepedihan’ yang sulit diungkapkan dengan kata-kata dalam berbagai sudut pandang negasi.
Mana mungkin kita mengharapkan peningkatan kualitas sumber daya manusia Flores Timur (generasi cerdas dan berkarakter pancasilais), kalau Negara sebagai institusi besar mengabaikan rakyatnya sendiri di bawah gubuk reot karena para pemimpinnya masih beretorika, mencari pencitraan, membela diri, dan suka menjadi artis berpakaian seragam. Mana mungkin perubahan besar terjadi kalau wakil rakyat yang dipercayakan duduk di dalam gedung terhormat tidak produktif, kritis, kontruktif dan pro rakyat.
Nestapa pembangunan yang terlihat melalui keadaan Sekolah Dasar Inpres Lewobele, hanyalah fenomena gunung es antithesis pembangunan di Kabupaten Flores Timur. Yang terlihat hanya sedikit, tapi mungkin saja ada begitu banyak kenyataan buruk pembangunan yang masih tersembunyi.
Catatan kecil ini tidak bermaksud mencari solusi atas kemacetan pembangunan yang sedang terjadi dalam banyak segi kehidupan, tetapi ingin menyampaikan satu pesan bahwa setiap kita yang berperanan untuk kemajuan, terutama komponen-komponen utama pelaku pembangunan semestinya memainkan perannya secara sungguh dan bertanggung jawab penuh. Dengan demikian, kita tidak menjadi bagian dari antithesis pembangunan dan memperpanjang narasi kegagalan, tetapi menjadi pelaku dan bagian dari “mesin” kemajuan yang pro-rakyat yang pantas untuk dikenang sebagai inspirasi yang terus hidup dalam sanubari dari generasi ke generasi. (Januarius Jawa Bala, Anggota DPRD Flores Timur)
Foto: Januarius Jawa Bala

Foto: Januarius Jawa Bala

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar